Latest Stories

Subscription

You can subscribe to Red Carpet by e-mail address to receive news and updates directly in your inbox. Simply enter your e-mail below and click Sign Up!

TOP 5 Most Popular Post

Recently Comments


News

News

MRP DAN DAP JELIH MELIHAT TANAH  ULAYAT 7 SUKU WILAYAH ADAT PAPUA
DOK.Google
SUARA DARI HATI. Jika melihat dari peta di atas ini jelas bahwa semua tanah yang menjadi hak ulayat 7 suku wilayah papua ini jelas terindikasi bahwa telah dibuat ijin eksplorasi dan eksploitasi oleh berbagai elit politik lokal papua baik dari gubernur hingga kepala daerah,lewat surat ijin konsensi pertambangan dan kehutanan hal ini telah terbukti,beberapa perusahan anak dari  PT.Freeport Indonesia yang sedang dan akan berbondong-bondong duduki seluruh tanah papua,hanya kepentingan Ekonomi indonesia dan negara-negara kapitalis asing 

Kalau berbalik kembali kecatatan goresan tinta yang tidak akan terhapus,yang di muat oleh pakar ontropolong dan beberapa akademisi lain ini sangat jelas tertuang bahwa tanah dan kekayaan alam telah diberikan oleh yang maha pencipta kesetiap suku bangasa diatas planet bumi ini sesuai dengan adat dan budaya masing-masing sehingga tidak terjadi perampasan,pembunuhan yang berujung pada kematian pemusnahan etnis

Dibawah ini adalah pertanyaan yang menjadi dasar dalam tulisan ini dan harus di tindak lanjuti oleh beberapa elemen dan lembaga di papua serta kerlibatan akademisi papua terutama Majelis Rakyat Papua dan Dewan Adat Papua  harus jelih melihat TANAH  ULAYAT 7 SUKU WILAYAH ADAT PAPUA yang sedang di rampas oleh perusahan yang kemudian hanya kepentingan elit  politik  lokal alias raja-raja kecil papua

1. Dimanakah Tanah yang menjadi Hak Ulayat Masyarakat PAPUA dan Anak Cucu di tahun-tahun yang akan datang...?

2. Apakah  sampai saat ini ada Tanah yang menjadi tempat SAKRAL...?

 Setelah melihat kondisi Tanah Papua dan kehudupan Rakyat serta kehidupan anak cucu di tahun-tahun yang akan datang sangat jelas akan terancam di atas tanah sendiri ,Tanah pun akan di rampas oleh tuan pemilik modal,dalam hal ini kemudian secara pribadi dengan tegas menyatakan kepada pihak-pihak terkait baik lembaga masyarakat adat serta seluruh akademisi Papua lebih khusus
MRP dan DAP segera merancang serta membetuk sesuatu untuk menyelamatkan Tanah Papua dan anak cucu Papua di kemudian hari.(P.M)












1.
Posted in: | Jumat, 07 Maret 2014

GERAKAN MASYARAKAT PEDULI RAKYAT (GEMPAR) SEGERA BERTANGUNG JAWAB ATAS PENCEMARAN NAMA BAIK ALIANSI MAHASISWA  ( AMP )


Belum lama ini diakhir tahun 2013 tepatnya Pada tanggal   19 desember   puluhan  Mahasiswa Papua, yang menimba ilmu di pulau  Jawa Tenggah  yaitu   Yogyakarta Semarang ,Sala tiga dan Solo yang tergabung  dalam  aksi AMP Aliansi Mahasiswa Papua  yang pada saat itu di puaksat kan di Solo.
Dengan  Bertepatan dengan hari TRIKORA ,dimana Bangsa Papua  Barat telah merdeka dan berdeulat,serta  bendara papua barat atau` bendera bintang kejora  dikibarkan selama 18 hari terhitung  di seluruh tanah papua,mulai pada tanggal  1 desember  1961 hingga  tanggal 18 desember  tahun 1961 dan selanjutnya  pada  tanggal 19 desember  tahun 1961 Ir.seokarno seagai panglima tertinggi pada saat itu mengkumandangkan Trikomando Rakyat  di Alun-alun utara yang berbunyi
1.Bubarkan Negara boneka buatan belanda
2.Kibarkan bendera sang merah putih di seluruh tanah papua
3.Segara mobilisasi besar-besaran  TNI dan Polri di seluruh tanah papua
Tragedi  ini yang disebut  TRIKORA  yang menurut kami sebagai bangsa  papua adalah awal mula pembunuhan,pembantaian  besar-bearan,dan  pelanggaran HAM besar-besaran  di seluruh tanah Papua
Maka kami mahasisawa papua (AMP)  menuntut Indonesia segera bertanggung jawab dan juga Indonesia segera memberikan Hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi rakyat papua ,karena kami sadar bahwa dengan kemerdekaan penuh pembunuhan dan kekerarasan lainya akan berhenti  secara otomatis karena  kami akan hidup damai di atas tanah kami tanah yang penuh dengan susu dan madu.
Disela-sela  Aksi  AMP yang  berjalan aman tiba-tiba ,GEMPAR  yang mengatas nama kan  gerakan masyarakat peduli  rakyat solo  ini menghalangi aksi AMP,namun dalam durasi waktu yang begitu singkat masa aksi antara AMP dan GEMPAR  saling berhadapan, penyampaian aspirasi dalam bentuk orasi politik  pun terus di lakukan baik dari masa  aksi AMP dan dari masa Gempar kemudian karna situasi yang sangat dan  semakin memanas negosiasi pun di lakukan oleh perwakilan AMP atas nama Jefri wenda namun  masa aksi dari gempar menirima aksi AMP kalalu masa aksi dari AMP memegang bendra merah putih  (bendera indonesia) sambil berosari menyampaikan pendapat.namun masa aksi AMP  membubarkan diri dikarenakan masa aksi dari gempar berusaha memprovokasi aksi yang nyaris  bentrok
Kemudian seiring berjalan nya waktu GEMPAR  yang di peralat dari badan intelijen menutup ruang demokrasi di solo ini jelas bahwa masa aksi AMP di pukul mundur , dan beberapa upaya yang di lakukan dengan menjatukan nama baik AMP dan mahasiswa yang sedang kuliah   di kota solo di teror  dan intimidasi pun terus  trejajadi  sampai di kampus  pun terus  berlanjut hingga kini .
Kami kesal  dengan sikap organisasi Gempar atau organisasi jadi-jadian ini karena di setiap surat atau selebaran yang di sebarkan dijalan jalan,dan tempel di sepanjang  didinding tembok  baik di Yogyakarta dan solo serta daerah sekitarnya bankan ada utusan memasuki tempat  asrama mahasiwa baliem yogyakarta ,hal   ini kami   mahasisawa papua (AMP)  menilai  sangat tidak memamanusiawi  kami mengangap bahwa  ini pencemaran nama baik  AMP dan pada khususnya mahasiswa papua yang sebagai manusia ciptaan tuhan, di  mata tuhan semua sama  tidak ada yang kurang atau pun lebih.
Pada pertengaan bulan januari  2014 AMP talah berusaaha untuk memdudukan soal ini lewat beberapa surat yang  disampaikan ke KAPOLEKTA surakatra untuk AUDENISI  namun dalam hal ini kapolsekta kota Surakarta gagal dan tidak menghadirkan pihak dari Gempar  untuk mencari jalan tenggah,namun   beberapa upaya yang di lakukan oleh gempar ini semakin meningkat untuk menjatuhan nama baik mahasiswa papua di solo dan Yogyakarta serta  daerah sekitarnya

PERNYATAAN  SIKAP

1. Kami  mahasisawa papua (AMP)menutut kepada GEMPAR agar segera menemui  kami dalam waktu dekat  untuk memita maaf ,karena telah mencoreng nama baik
2 .Kami akan mahasisawa papua (AMP) selalu bersuara demi hak-hak kami tanpa melihat  sikap Gempar  atau pun ornganisasi lainnya  sampai titik darah penghabisan
3. Kami  mahasisawa papua  (AMP) bukan melawan organisasi Indonesia manapun tapi kami melawan sistim Negara indonesia yang menganut kapitalis,kolonialis dan imprealis yang selama ini membinasakan orang papua.
4. Kami   mahasisawa papua (AMP) akan berjuang untuk menuntut kepada Negara  berikan hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokrasi  bagi kami orang bangsa papua

Kami Aliasi Mahasiswa Papua  tidak akan pernah mundur dari situasi sekarang,hal ini hanya membagkitkan semangat kami untuk bejuang hingga titik darah penghabisan  PAPUA MERDEKA.

Yogyakarta 11 Februari 2014
                                                                                                                              
Posted in: | Selasa, 11 Februari 2014
STOP  PAKSA BANGSA PAPUA BARAT MENJADI BAGIAN DARI  INDONESIA

Sejarah Papua yang melekat pada jati diri yang diajarkan secara alamia secara turun-temurun setiap insan bangsa papua yang telah  melahirkan  perlawanan secara bergerilya di hutan rimba Papua sampai perlawanan lewat gerakan  di kota serta para diplomat luar negeri, dari sekian perlawan ini telah terbentuk dan menjadi karakter setiap individu bangsa  papua dimana pun kami berada baik diluar tanah Papua dan pada khususnya ditanah Papua, untuk harus melawan  dari segala macam bentuk penindasan kekerasan di seluruh tanah Papua,yang ingin  merdeka bebas dan lepas  dari cengkraman Negara Indonesia.
 
1 Mei 1963 kolonialis Indonesia mencaplok Papua secara paksa dengan dasar yang sangat tidak jelas Papua menjadi daerah sangketa antara Belanda dan Indonesia kemudian pada tanggal 15 agusstus 1962 di sepakati lewat agenda majelis umum PBB dibuatlah  Perjajian New york   Agreement yang dilaksanakan lewat sandiwara politik beberapa pihak saja di antaranya  yang sama sekali  tidak melibatkan satupun rakyat papua pada saat itu,dan  ini benar-benar hanya kepentingan ekonomi politik,sehingga pada puncaknya rakyat papua di korbankan, pengesahan  dan dimuat dalam  resolusi PBB 2504 yang berbunyi Act of Free Choice dalam artian  pernyataan bebas memilih yang cacat hukum dan moral atau satu orang satu suara ini pun diartikan oleh Indonesia sebagai Penentuan Pendapat Rakyat atau Pepera 1969
 
Upaya-upaya yang dilakukan oleh negara indonesia lewat berbagai pruduk  program seperti otonomi khusus ,UP4B, dan otonomi plus yang diberikan kepada rakyat papua  ini hanya ibarat gula-gula manis paket progam tersebut ini yang kemudian akan mengakibat kan bangsa papua akan mengalami tanda-tanda kepunahaan 
 
Disisi lain jelas bahwa  upaya yang di seting sedemikian rupa oleh elit-elit politik lokal maupun elit-elit dijakarta yang sebagai pusat pemerintahan  ini hanya meredam perjuangan Bangsa Papua Barat  yang kemudian memaksa rakyat Papua menjadi bagian dari negara Indonesia yang secara nyata dan sadartidak sadar rakyat papua pun hilang lenyap dari tanah leluhur Papua barat.

Sebagai contoh dari tulisan ini yang saya naikan adalah negara Indonesia sedang mengindonesiakan Bangsa papua lewat program  pemilihan umun atau PEMILU 2014 dengan nama lain disebut dengan pesta demokrasi yang sebentar lagi akan di gelar ,sadar tidak sadar seantero orang papua telah memainkan peran ini bahkan ada yang mencalonkan diri sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)  daerah,propinsi dan bahkan dijakarta pusat,inilah yang secara pribadi saya lontarkan ke publik,agar rakyat papua yang selama bertahun-tahun dijajah dari berbagai aspek
 
Saat ini  dan detik ini juga kami  harus sadar dari kesadaran palsu yang selama ini masih teripnotis oleh bangsa ini, selanjutnya yang telah sadar tolong beritahukan ke rakyat papua yang lainnya agar PEMILU 2014 kali ini kita BOIKOT secara serentak dari orong samapi dengan Merauke ingat bukan GOLPUT tapi BOIKOT.

 
 


Posted in: |

MATI BANYAK


Dok AMP KK Yogyakarta
kata mati banyak sudah  biasa di ucapkan oleh siapapun dalam pergaulan sehari-hari entah itu dalam keadaan bercanda maupun  tidak sengaja,dan  secara spontan selalu di ucapkan, namun kata ini sangat memiliki makna "mati banyak" atau orang papua meninggal banyak dari tahun 1960 an hingga tahun 2013 terhitung ribuan kasus pembunuhan ,pemerkosaan,pembantaiyan,penangkapan tarhadap rakyat papua tanpa ada salah yang jelas dan sampai saat ini pembunuhan yang dilakukan oleh Negara indonesia lewat sistym pemerintahan,yangt nyatanya demokrasina namun secara jelas kita melihat bahwa pembungkaman pembunuhan masih terus meningkat dan sampai pada saat ini pembunuhan masih banyak yang belum di selesaikan walaupun banyak lembaga-lembaga baik yang ada di papua,indonesia,dan pada umumnya di dunia internasional dalam hal ini yang membicarakan tentang HAM (Hak Asasi Manusia)
Salah satuh contoh kita bisa lihat bersama walaupun komnas HAM buatan indonesia  telah di bentuk beberapa tahun lalu  namun sampai saat ini satupun  pelanggaran HAM di papua belum juga ada terungkap pelaku dan penyelesaian.
 "Mati banyak" ini pun masih terjadi, Ini supaya tidak berkelanjutan indonesia segera memberikan kemerdekaan dan hak menentukan nasib sendiri solusi demokratis bagi rakyat papua. (p.y)
Posted in: | Senin, 06 Januari 2014
Yogyakarta, suara dari hati -(AMP) aksi serentak pada Senin 21 Oktober 2013 yang dilakukan dibeberapa kota diantaranya Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Jakarta, dan kota-kota  studi lainnya,Menuntut kepada Negara Republik Indonesia untuk segera mengusut tuntas kasus penembakan yang menimpa salah seorang Pelajar di kabupaten Deiyai Papua pada tanggal 23 September 2013 maupun kasus serupa lainnya di Papua.
Dalam pers release dan pantauwan Suara dari hati dilapangan Puluhan mahasiswa dan mahaswi papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua depan asrama papua jalan kusuma-negara yogyakarta no 119  dalam aksi non longmars yang berlanjut dengan lagu-lagu politik dan orasi-orasi politik  disebutkan bahwa kami lagi berduka atas kasus, kejahatan kemanusiaan yang terus menerus  terjadi di Papua, sejak Papua dianeksasi Indonesia 1 Mei 1963. Melalui berbagai operasi militer, pembersihan wilayah, penangkapan, pemenjaraan bahkan pembunuhan dilakukan militer (TNI/Polri) demi mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
lanjutan oransi-orasi politik , sebelumnya di kabupaten Deiyai terjadi kejahatan kemanusiaan yang dilakukan militer (TNI/Polri) pada 1 Juni 2013 terhadap Yemi Pakage (16 tahun) oleh oknum Brimob. Kemudian pada 26 Juni 2013 terjadi penganiayaan, penyiksaan terhadap Pontianus Madai (31 tahun) oleh 3 anggota Brimob berseragam lengkap serta 2 lainnya berpakaian preman.
"Kejadian kekerasan yang berujung penembakan terhadap salah satu pelajar SMA oleh Brimob yang terjadi tanggal 23 September di Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai. Kejadian itu, bermula ketika seorang pengojek yang membawa penumpang seorang nenek dihadang seorang oknum Brimob dan motor didorong, sehingga terjatuh. Masyarakat yang melihatnya tidak menerima perlakuan itu, sehingga melakukan aksi protes dalam bentuk tarian adat atau waita di sekitar pasar Waghete," dalam pers release itu.
"Melihat aksi masyarakat tersebut, aparat kepolisian dan brimob menilai masyarakat akan melakukan perlawanan, sehingga polisi dan brimob dikerahkan menuju pasar dengan posisi senjata menghadap masyarakat. Setelah tiba di depan kerumunan massa, polisi langsung mengeluarkan tembakan secara membabi buta".
Alpius Mote (18 tahun) seorang pelajar yang terkena timah panas di bawah tulang rusuk kanan yang berujung meninggal dunia. Ia ketika itu sedang pulang ke rumah. Korban lainnya adalah Fransiskus Dogopia (27 tahun) anggota Satpol PP, mengalami luka tembak di punggung belakang, Aleks Mote (29 tahun) petani mengalami luka tembak di kaki.
Selain itu, Aprida Dogopia (27 tahun), Alex Pekei (23 tahun), Frans Mote (28 tahun) dan Yan Pekei (39 tahun) mengalami luka ringan pada saat kejadian.
Melihat rentetan peristiwa yang terjadi di kabupaten Deiyai maupun di Papua pada umumnya, maka dengan tegas AMP menuntut dan mendesak rezim SBY-Boediono untuk segera:
1.Tarik Militer (TNI/Polri) Organik dan Non-Organik dari Seluruh Tanah Papua!,
2. Mencopot Kapolda Papua dan Kapolres Paniai,
3.Menarik Brimob dari Kabupaten Deiyai, Paniai dan seluruh Kabupaten di Papua,
4.Pecat dan hukum pelaku penembakan Pelajar di Distrik Tigi, Waghete, Kabupaten Deiyai, Papua
kalau sampai pemerintah indonesia tidak menanggapi semua tuntutan kami maka Amp akan mobolisasi besar-besaran  dan turun  jalan dalam aksi-aksi serentak, lanjutan yang lebih keras hingga ada ada tanggapan dari negara indonesia sepenuhnya dan "hak menentukan nasib sendiri solusi bagi rakyat papua. (my)

Posted in: | Senin, 21 Oktober 2013
Salam Pemberontakan!!!
“pengurasan ini sedang terjadi, penindasan ini sedang terjadi diatas Tanah Papua Yang penuh dengan susu dan madu, tidak ada kata Diam,kalo diam ko mati,ko sadar Ko lawan, Kita harus mengakhiri”
“Ko jangan Bilang Ko orang papua klo ko tidak rapatkan barisan”

Berbagai kejahatan terhadap kemanusiaan terus terjadi di Papua. Sejak Papua dianeksasi oleh Indonesia Mei 1963, berbagai operasi militer, pembersihan wilayah, penangkapan, pemenjaraan bahkan pembunuhan dilakukan militer (TNI/Polri) demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dalam tahun 2013 ini, sudah terjadi beberapa kasus kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan militer (TNI/Polri) terhadap rakyat Papua. Dikabupaten Deiyai pada 1 Juni 2013 terjadi pembunuhan terhadap Yemi Pakage (16 tahun) oleh oknum Brimob, kemudian penganiayaan, penyiksaan terhadap Pontianus Madai (31 tahun) oleh Brimob pada 26 Juli 2013 yang dilakukan oleh 3 Oknum berpakaian Brimob dan 2 orang yang berpakaian preman. Lagi pada 23 September 2013 penembakan oleh aparat polisi dan brimob terhadap kerumunan warga dipasar wagete yang mengakibatkan siswa SMA atas nama Alpius Mote (18 tahun) tertembak dan meninggal dunia, dan Fransiscus Dogopia (27 tahun) anggota Satpol PP, mengalami luka tembak di punggung belakang, Aleks Mote (29 tahun) petani, mengalami luka tembak di kaki.

Atas situasi kejahatan terhadap kemanusiaan yang terus terjadi di Tanah Papua, maka kami mengajak Kawan-kawan Mahasiswa Papua untuk terut serta dalam aksi kemanusiaan yang akan dilakukan pada :

Hari/Tanggal : Senin, 21 Oktober 2013
Waktu : 10.00-selesai
Titik Kumpul : As,Kamasan Jln, Kusumanegara No.119
Titik Star : Asrama papua - Titik (0) nol kantor Pos
Tema : “Negara Bertanggungjawab atas Kejahatan terhadap Kemanusiaan di Papua”

Demikian seruan aksi ini kami buat, atas partisipasi Kawan-kawan Mahasiswa Papua sebagai tanggungjawab moral kita kepada Rakyat dan Tanah air, kami ucapkan jabat erat!

Yogyakarta 17,/Oktober/2013

Humas Aksi

Wado
masa aksi AMP
Setelah wilayah Papua dimasukan secara paksa lewat manipulasi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) oleh Indonesia tahun 1969, wilayah Papua dijadikan wilayah jajahan. Indonesia mulai memperketat wilayah Papua dengan berbagai operasi sapu bersih terhadap gerakan perlawanan rakyat Papua yang tidak menghendaki kehadiran Indonesia di Papua.
Pada 1 Juli 1971 bertempat di Desa Waris, Numbay -  Papua, dekat perbatasan PNG dikumandangkan “Proklamasi Kemerdekaan Papua Barat” oleh Brigjend Zeth Jafet Rumkorem selaku Presiden Papua Barat. Namun demikian, proklamasi tidak dapat melepaskan Papua dari cengkraman kekejaman dan kebrutalan kekuatan militer Indonesia yang sudah menguasai seluruh wilayah Papua.
Berbagai operasi militer dilancarkan oleh Indonesia untuk menumpas gerakan pro kemerdekaan rakyat Papua.
Hari ini 1 Juli 2013, tepat 42 Tahun peringatan Proklamasi Kemerdekaan Papua Barat, Indonesia semakin menunjukan watak kolonialisnya terhadap rakyat Papua. Berbagai peristiwa kejahatan terhadap kemanusiaan terus terjadi di Papua, hutan dan tanah-tanah adat dijadikan lahan jarahan bagi investasi perusahaan-perusahaan Multy National Coorporation (MNC) milik negara-negara Imperialis.
Pembungkaman terhadap ruang demokrasi semakin nyata dilakukan oleh aparat negara (TNI-Polri) dengan melarang adanya kebebasan berekspresi bagi rakyat Papua didepan umum serta penangkapan disertai penganiayaan terhadap aktivis-aktivis pro kemerdekaan Papua.
Maka, bertepatan dengan 42 Tahun Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Papua Barat, Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), menuntut dan mendesak Rezim Penguasa Republik Indonesia, SBY-Boediono dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera :
1.    Berikan Kebebasan dan Hak Menentukan Nasib Sendiri Sebagai Solusi Demokratis Bagi Rakyat Papua.
2.    Menuntup dan menghentikan aktifitas eksploitasi semua perusahaan MNC milik negara-negara Imperialis ; Freeport, BP, LNG Tangguh, Medco, Corindo dan lain-lain dari seluruh Tanah Papua.
3.    Menarik Militer Indonesia (TNI-Polri) Organik dan Non Organik dari seluruh Tanah Papua untuk menghentikan segala bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan oleh negara Indonesia terhadap rakyat Papua.