  | 
| ARTON KOGOYA: DI TEMBAK OKNUM  TNI DIWAMENA, FOTO SAAT OTOPSI RUMAH SAKIT WAMENA  | 
seorang
 masyarakat sipil di Wamena, Papua, Arton Kogoya (27 tahun), berprofesi 
sebagai Mantri Kesehatan di Desa Lelam, Distrik Gapura, Kabupaten Lany 
Jaya terkena tembakan yang dilepaskan oknum anggota TNI. Insiden itu 
terjadi, Sabtu (11/5) sekitar pukul 22.34 WIT. 
Kapendam
 Kodam XVII Cenderawasih, Kolonel Infantri Jansen Simanjuntak 
membenarkan terjadinya peristiwa tersebut. Ia mengatakan, kronologis 
kejadian bermula dimana tiga orang anggota TNI dari Batalyon Infantri 
756 Wamena yakni Serda Agus yang juga Wadan Pos Napua, Pratu Sitanggang 
dan Prada Haryono pergi ke pasar Sinakma Wamena untuk membeli makan di 
warung Wonogiri dengan menggunakan dua motor dan berpakaian preman serta
 membawa senjata. 
“Ketika
 ketiga anggota tersebut akan kembali ke pos, ditengah perjalanan mereka
 dicegat oleh masyarakat yang mabuk. Anggota TNI itu lalu menyuruh 
masyarakat yang mabuk agar pulang, namun mereka tidak mengindahkan,” 
kata Jansen, Minggu (12/5).
 
Menurutnya,
 lalu terjadilah pertengkaran mulut dan perkelahian antar anggota TNI 
dengan masyarakat tersebut. Namun karena terdesak anggota itu melarikan 
diri  minta bantuan ke anggota lainnya. 
“Lalu
 datanglah tujuh orang anggota untuk membantu. Setelah itu  mereka 
mengeluarkan tembakan peringatan sebanyak enam kali. Namun karena 
terdesak para anggota TNI itu melarikan diri ke arah Kodim 1702 
Jayawijaya sambil mengeluarkan tembakan beberapa kali,” ujarnya. 
Dikatakan,
 maksud anggota TNI mengeluarkan tembakan untuk mencegah agar masyarakat
 berhenti mengejar mereka. Akibat dari penembakan itu, salah seorang 
masyarakat terkena peluru. 
“Luka
 yang terdapat di tubuh korban yaitu peluru mengenai rusuk sebelah kiri 
tembus ke kanan, paha sebelah kiri dan betis sebelah kanan. Saat ini 
kasus tersebut sedang di proses penyelidikan,” kata Jansen. 
Berikut
 beberapa keterangan saksi mata yang dihimpun Jubi, terkait penembakan 
yang dilakukan oleh enam anggota Batalion756 Wimane Sili, Wamena. 
Identitas Korban: 
Nama         : Arton Kogoya 
Umur         : 26 Tahun 
Alamat         : Jln Yos Sudarso RT 01/RW 06 Distrik Wamena Kota, Kabupaten Jayawijaya 
Agama         : Kristen Protestan 
Status         : Nikah 
Istri         : 1 orang 
Anak         : 2 (Perempuan) 
Suku         : Lani Papua 
Arton
 Kogoya adalah Kader Kesehatan gereja di pos Lelam, Kampung Lelam, 
Distrik Maki Kabupaten Lani Jaya dan Majelis di Gereja Yilan. 
Saksi  I 
“Saya
 dari arah Sinakma sedang dorong motor ke arah kota. Sedangkan korban 
berjalan dari arah Sinakma. Samapi di depan Warnet Rafi, korban bertemu 
dengan 6 orang anggota TNI dan satu anak dari anggota TNI. Korban yang 
sedang dalam keadaan mabuk berkata kepada anggota TNI itu, “ Kamu dari 
mana, kamu mau kemana?” sambil bergaya menantang dan mau memukul  6 
anggota TNI itu. Keenam anggota TNI bersama 1 anak dari anggota kemudian
 mencabut sangkur dan mulai mengurung korban. Karena situasinya terlihat
 seakan anggota TNI mau menikam korban maka saya dan teman saya menarik 
korban dan menyuruhnya pulang. Saya yang membawa korban ke rumahnya di 
Lorong Mata Air. Namun tak sampai dirumahnya. Saya suruh korban pulang 
dan saya kembali ke jalan utama, jalan Yos Sudarso karena motor saya ada
 di situ. Saya pikir korban pulang ke rumah. Ternyata tidak, dia kembali
 lagi ke jalan Yos Sudarso. Saya melihat anggota TNI datang dengan 
senjata lengkap, jadi saya balik. Sementara saya sedang mendorong korban
 ke lorong mata air dan menyuruhnya lari, salah satu anggota TNI melihat
 kami. Anggota TNI ini berteriak, “oh dia ada disana”.  Saya terus 
mendorong korban untuk lari hingga korban lari ke arah rumah dan saya 
tetap berdiri di jalan Yos Sudarso. Anggota TNI yang kejar korban itu 4 
orang pegang senjata dan 2 orang tidak pegang senjata,  tidak lama 
kemudian saya dengar bunyi tembakan sebanyak 6 kali.” 
Saksi II 
“Saya 
 biasa main di warnet dari jam 06:00-09:30 malam. Saya lihat ada dua 
orang anggota TNI yang keluar dari warnet karena ada informasi dari 
pemilik warnet bahwa ada orang bikin ribut di depan warnetnya. Saya juga
 keluar. Di luar saya lihat, 6 orang anggota TNI dan 1 orang anak TNI 
pegang sangkur sedang mengurung korban. Mereka seperti akan menikam 
korban namun tampak ragu-ragu, karena korban pegang pisau dan batu. Saya
 bilang kepada anak tentara itu yang bernama Canggi dan 6 anggota TNI 
untuk menghentikan aksi mereka. Saya dan seorang teman kemudian menarik 
korban. Teman saya lalu mengajak  korban pulang ke rumah korban. Setelah
 itu, salah satu anggota tersebut menyuruh saya untuk angkat motor yang 
ada di pinggir jalan. Saya mendengar salah satu anggota batalion 
(anggota TNI) bilang hendak ambil senjata di Kodim. Lalu tiga motor 
berjalan ke Kodim untuk ambil senjata. Satu anggota lainnya menelpon 
teman-teman mereka di pos Napua. Saya kembali ke dalam warnet lagi. 
Tidak lama kemudian saya dengar bunyi tembakan 6 kali.” 
Saksi III 
“Saya
 melihat di samping rumah Bapak Yenis Wenda,  aparat (anggota TNI) 
sedang mengejar korban. Mereka menembak korban di kakinya. Namun korban 
mengambil batu untuk membalas. Anggota menembak lagi. Tembakan kedua ini
 mengenai tangan korban hingga tembus ke dada korban. Anggota TNI yang 
menembak korban masih terus mengejar korban yang berlari ke arah 
rumahnya. Sampai di depan rumahnya, korban terjatuh dan meninggal. 
Melihat korban jatuh, para anggota berlari ke arah jalan Yos Sudarso. 
Masyarakat mengejar keenam anggota TNI ini. Tapi mereka semua kabur 
dengan motor mereka. Satu motor tak sempat mereka kendarai.
Saat
 masyarakat melihat korban tewas, sekitar 15 orang mengejar pelaku- 
pelaku penembakan itu. Tapi mereka tidak bisa menemukan pelaku-pelaku 
tersebut karena mereka melarikan diri ke Kodim 1702 Jayawijaya. Saya mau
 keluar tapi karena takut, saya tidak keluar. Tak lama kemudian 3 orang 
datang angkat korban dan kami yang antar ke RSUD Wamena jam 22:00, 
Minggu, 12-05- 2013. Saat dokter Santy melihat kondisi korban,  dokter 
menjelaskan kepada keluarga korban bahwa korban terkena benda tumpul.” 
Saksi IV 
“Waktu
 malam penembakan itu saya di depan jalan Yos Sudarso, tepat di jalan 
masuk Gang Mata Air. Ada satu anggota TNI yang sambil berdiri di jalan 
masuk Gang menelpon teman-temannya dan berkata : “Itu sudah bunyi 
tembakan. Jadi kalau sebentar masyarakat menyerang keluar kamu siap-siap
 supaya kita serang dari arah atas (arah sinakma) dan dari Kodim kamu 
siap-siap saja.” Saya sempat dengar sendiri dan saya menghindar ke arah 
rumah warga samping gang situ. Tidak lama 
kemudian tentara yang kejar korban itu lari keluar mengendarai motor mereka ke arah Kodim.” 
Keluarga korban: 
“Kami di rumah sakit. Karena alat ronsent tidak ada maka kami antar korban ke Apotik Baliem untuk ronsent. 
Keluarga 
 minta ke dokter untuk diotopsi.  Tapi kata dokter Santy, ada prosedur 
yang mengharuskan adanya surat keterangan tertulis dari keluarga korban,
 jika hendak diotopsi. Kami, pihak keluarga kemudian menandatangani 
surat untuk melakukan atopsi. Atopsi yang pertama tidak menemukan timah 
panas sehingga keluarga korban mengijinkan dokter membedah tubuh korban 
dari dada sampai perut. Tapi tetap hasilnya tidak ditemukan juga 
proyektil peluru. Maka kami menyuruh dokter menjahit tubuh korban untuk 
melakukan pemakaman.” 
Penjelasan Dandin 1702 dan Danyon 756 Wimane Sili pada hari Minggu, 12 mei 2013 di halaman Polres Jayawijaya. 
Danyon Batalion 756 WMS 
“Atas
 nama pimpinan batalion Wimane  Sili, saya minta maaf yang 
sebesar-besarnya atas tindakan anggota saya. Yang jelas anggota kami 
sudah salah. Maka kami akan mengambil tindakan tegas dan memproses 
hukum. Sekali lagi saya secara pribadi dan institusi mohon maaf kepada 
seluruh masyarakat dan keluarga korban.” 
Dandim 1702 
“Saya
 akan menjelaskan kronologis kejadian. Kejadian sekitar jam 08:00 
anggota kami berada di warnet. Kemudian korban dalam keadaan mabuk 
menyerang duluan ke anggota kami dan anggota kami ada yang kena. Maka 
untuk menyelamatkan diri, anggota kami melakukan penembakan 2 (dua) 
kali. Tembakan pertama, anggota kami menembak ke arah aspal. Pantulan 
peluru dari aspal kena kaki dan tembakan ke dua kena dada kiri. Maka 
kami akan memproses hukum dan pelaku sudah kami tahan untuk proses 
hukum. “ (Jubi/Benny Mawel) 
 
 
0 komentar for "DI WAMENA, OKNUM TNI SEBAGAI PELAKU PENEMBAKAN MASYARAKAT SIPIL"