MRP DAN DAP JELIH MELIHAT TANAH ULAYAT 7 SUKU WILAYAH ADAT PAPUA
DOK.Google |
SUARA DARI HATI. Jika melihat dari peta di atas ini jelas bahwa semua tanah yang menjadi hak ulayat 7 suku wilayah papua ini jelas terindikasi bahwa telah dibuat ijin eksplorasi dan eksploitasi oleh berbagai elit politik lokal papua baik dari gubernur hingga kepala daerah,lewat surat ijin konsensi pertambangan dan kehutanan hal ini telah terbukti,beberapa perusahan anak dari PT.Freeport Indonesia yang sedang dan akan berbondong-bondong duduki seluruh tanah papua,hanya kepentingan Ekonomi indonesia dan negara-negara kapitalis asing
Kalau berbalik kembali kecatatan goresan tinta yang tidak akan terhapus,yang di muat oleh pakar ontropolong dan beberapa akademisi lain ini sangat jelas tertuang bahwa tanah dan kekayaan alam telah diberikan oleh yang maha pencipta kesetiap suku bangasa diatas planet bumi ini sesuai dengan adat dan budaya masing-masing sehingga tidak terjadi perampasan,pembunuhan yang berujung pada kematian pemusnahan etnis
Dibawah ini adalah pertanyaan yang menjadi dasar dalam tulisan ini dan harus di tindak lanjuti oleh beberapa elemen dan lembaga di papua serta kerlibatan akademisi papua terutama Majelis Rakyat Papua dan Dewan Adat Papua harus jelih melihat TANAH ULAYAT 7 SUKU WILAYAH ADAT PAPUA yang sedang di rampas oleh perusahan yang kemudian hanya kepentingan elit politik lokal alias raja-raja kecil papua
1. Dimanakah Tanah yang menjadi Hak Ulayat Masyarakat PAPUA dan Anak Cucu di tahun-tahun yang akan datang...?
2. Apakah sampai saat ini ada Tanah yang menjadi tempat SAKRAL...?
Setelah melihat kondisi Tanah Papua dan kehudupan Rakyat serta kehidupan anak cucu di tahun-tahun yang akan datang sangat jelas akan terancam di atas tanah sendiri ,Tanah pun akan di rampas oleh tuan pemilik modal,dalam hal ini kemudian secara pribadi dengan tegas menyatakan kepada pihak-pihak terkait baik lembaga masyarakat adat serta seluruh akademisi Papua lebih khusus
MRP dan DAP segera merancang serta membetuk sesuatu untuk menyelamatkan Tanah Papua dan anak cucu Papua di kemudian hari.(P.M)
1.
Posted in:
News Politik
| Jumat, 07 Maret 2014
GERAKAN MASYARAKAT PEDULI RAKYAT (GEMPAR)
SEGERA BERTANGUNG JAWAB ATAS PENCEMARAN NAMA BAIK ALIANSI MAHASISWA ( AMP )
Belum lama ini
diakhir tahun 2013 tepatnya Pada tanggal
19 desember puluhan Mahasiswa Papua, yang menimba ilmu di pulau Jawa Tenggah
yaitu Yogyakarta Semarang ,Sala tiga dan Solo yang tergabung dalam
aksi AMP Aliansi Mahasiswa Papua yang pada saat itu di puaksat kan di Solo.
Dengan Bertepatan dengan hari TRIKORA ,dimana Bangsa
Papua Barat telah merdeka dan
berdeulat,serta bendara papua barat atau`
bendera bintang kejora dikibarkan selama
18 hari terhitung di seluruh tanah
papua,mulai pada tanggal 1 desember 1961 hingga
tanggal 18 desember tahun 1961
dan selanjutnya pada tanggal 19 desember tahun 1961 Ir.seokarno seagai panglima
tertinggi pada saat itu mengkumandangkan Trikomando Rakyat di Alun-alun utara yang berbunyi
1.Bubarkan
Negara boneka buatan belanda
2.Kibarkan
bendera sang merah putih di seluruh tanah papua
3.Segara
mobilisasi besar-besaran TNI dan Polri
di seluruh tanah papua
Tragedi ini yang disebut TRIKORA
yang menurut kami sebagai bangsa papua adalah awal mula pembunuhan,pembantaian besar-bearan,dan pelanggaran HAM besar-besaran di seluruh tanah Papua
Maka kami mahasisawa
papua (AMP) menuntut Indonesia segera
bertanggung jawab dan juga Indonesia segera memberikan Hak menentukan nasib
sendiri sebagai solusi demokratis bagi rakyat papua ,karena kami sadar bahwa
dengan kemerdekaan penuh pembunuhan dan kekerarasan lainya akan berhenti secara otomatis karena kami akan hidup damai di atas tanah kami tanah
yang penuh dengan susu dan madu.
Disela-sela Aksi AMP yang
berjalan aman tiba-tiba ,GEMPAR yang mengatas nama kan gerakan masyarakat peduli rakyat solo
ini menghalangi aksi AMP,namun dalam durasi waktu yang begitu singkat
masa aksi antara AMP dan GEMPAR saling berhadapan,
penyampaian aspirasi dalam bentuk orasi politik
pun terus di lakukan baik dari masa
aksi AMP dan dari masa Gempar kemudian karna situasi yang sangat dan semakin memanas negosiasi pun di lakukan oleh
perwakilan AMP atas nama Jefri wenda namun masa aksi dari gempar menirima aksi AMP kalalu
masa aksi dari AMP memegang bendra merah putih (bendera indonesia) sambil berosari
menyampaikan pendapat.namun masa aksi AMP membubarkan diri dikarenakan masa aksi dari
gempar berusaha memprovokasi aksi yang nyaris bentrok
Kemudian seiring
berjalan nya waktu GEMPAR yang di
peralat dari badan intelijen menutup ruang demokrasi di solo ini jelas bahwa
masa aksi AMP di pukul mundur , dan beberapa upaya yang di lakukan dengan
menjatukan nama baik AMP dan mahasiswa yang sedang kuliah di kota
solo di teror dan intimidasi pun terus trejajadi sampai di kampus pun terus berlanjut hingga kini .
Kami
kesal dengan sikap organisasi Gempar
atau organisasi jadi-jadian ini karena di setiap surat atau selebaran yang di
sebarkan dijalan jalan,dan tempel di sepanjang didinding tembok baik di Yogyakarta dan solo serta daerah
sekitarnya bankan ada utusan memasuki tempat
asrama mahasiwa baliem yogyakarta ,hal ini kami
mahasisawa
papua (AMP) menilai sangat tidak memamanusiawi kami mengangap bahwa ini pencemaran nama baik AMP dan pada khususnya mahasiswa papua yang
sebagai manusia ciptaan tuhan, di mata
tuhan semua sama tidak ada yang kurang
atau pun lebih.
Pada pertengaan
bulan januari 2014 AMP talah berusaaha
untuk memdudukan soal ini lewat beberapa surat yang disampaikan ke KAPOLEKTA surakatra untuk
AUDENISI namun dalam hal ini kapolsekta kota
Surakarta gagal dan tidak menghadirkan pihak dari Gempar untuk mencari jalan tenggah,namun beberapa upaya yang di lakukan oleh gempar
ini semakin meningkat untuk menjatuhan nama baik mahasiswa papua di solo dan Yogyakarta
serta daerah sekitarnya
PERNYATAAN SIKAP
1. Kami mahasisawa papua (AMP)menutut kepada GEMPAR agar
segera menemui kami dalam waktu dekat untuk memita maaf ,karena telah mencoreng nama
baik
2 .Kami akan mahasisawa
papua (AMP) selalu bersuara demi hak-hak kami tanpa melihat sikap Gempar
atau pun ornganisasi lainnya sampai titik darah penghabisan
3. Kami mahasisawa papua (AMP) bukan melawan organisasi Indonesia manapun
tapi kami melawan sistim Negara indonesia yang menganut kapitalis,kolonialis
dan imprealis yang selama ini membinasakan orang papua.
4. Kami mahasisawa
papua (AMP) akan berjuang untuk menuntut kepada Negara berikan hak menentukan nasib sendiri sebagai
solusi demokrasi bagi kami orang bangsa
papua
Kami Aliasi
Mahasiswa Papua tidak akan pernah mundur
dari situasi sekarang,hal ini hanya membagkitkan semangat kami untuk bejuang
hingga titik darah penghabisan PAPUA MERDEKA.
Yogyakarta
11 Februari 2014
Posted in:
AKSI
| Selasa, 11 Februari 2014
STOP PAKSA BANGSA PAPUA BARAT MENJADI BAGIAN DARI INDONESIA
Sejarah Papua yang melekat pada jati diri yang diajarkan secara alamia secara turun-temurun setiap insan bangsa papua yang telah melahirkan perlawanan secara bergerilya di hutan rimba Papua sampai perlawanan lewat gerakan di kota serta para diplomat luar negeri, dari sekian perlawan ini telah terbentuk dan menjadi karakter setiap individu bangsa papua dimana pun kami berada baik diluar tanah Papua dan pada khususnya ditanah Papua, untuk harus melawan dari segala macam bentuk penindasan kekerasan di seluruh tanah Papua,yang ingin merdeka bebas dan lepas dari cengkraman Negara Indonesia.
1 Mei 1963 kolonialis Indonesia mencaplok Papua secara paksa dengan dasar yang sangat tidak jelas Papua menjadi daerah sangketa antara Belanda dan Indonesia kemudian pada tanggal 15 agusstus 1962 di sepakati lewat agenda majelis umum PBB dibuatlah Perjajian New york Agreement yang dilaksanakan lewat sandiwara politik beberapa pihak saja di
antaranya yang sama sekali tidak melibatkan satupun rakyat papua pada saat itu,dan ini
benar-benar hanya kepentingan ekonomi politik,sehingga pada puncaknya
rakyat papua di korbankan, pengesahan dan dimuat dalam resolusi PBB 2504 yang berbunyi Act of Free Choice dalam artian pernyataan bebas memilih yang cacat hukum dan moral atau satu orang satu suara ini pun diartikan oleh Indonesia sebagai Penentuan Pendapat Rakyat atau Pepera 1969
Upaya-upaya yang dilakukan oleh negara indonesia lewat berbagai pruduk program seperti otonomi khusus ,UP4B, dan otonomi plus yang diberikan kepada rakyat papua ini hanya ibarat gula-gula manis paket progam tersebut ini yang kemudian akan mengakibat kan bangsa papua akan mengalami tanda-tanda kepunahaan
Disisi lain jelas bahwa upaya yang di seting sedemikian rupa oleh elit-elit politik lokal maupun elit-elit dijakarta yang sebagai pusat pemerintahan ini hanya meredam perjuangan Bangsa Papua Barat yang kemudian memaksa rakyat Papua menjadi bagian dari negara Indonesia yang secara nyata dan sadartidak sadar rakyat papua pun hilang lenyap dari tanah leluhur Papua barat.
Sebagai contoh dari tulisan ini yang saya naikan adalah negara Indonesia sedang mengindonesiakan Bangsa papua lewat program pemilihan umun atau PEMILU 2014 dengan nama lain disebut dengan pesta demokrasi yang sebentar lagi akan di gelar ,sadar tidak sadar seantero orang papua telah memainkan peran ini bahkan ada yang mencalonkan diri sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) daerah,propinsi dan bahkan dijakarta pusat,inilah yang secara pribadi saya lontarkan ke publik,agar rakyat papua yang selama bertahun-tahun dijajah dari berbagai aspek
Saat ini dan detik ini juga kami harus sadar dari kesadaran palsu yang selama ini masih teripnotis oleh bangsa ini, selanjutnya yang telah sadar tolong beritahukan ke rakyat papua yang lainnya agar PEMILU 2014 kali ini kita BOIKOT secara serentak dari orong samapi dengan Merauke ingat bukan GOLPUT tapi BOIKOT.
Posted in:
ARTIKEL/OPINI
|
MATI BANYAK
Dok AMP KK Yogyakarta |
Salah satuh contoh kita bisa lihat bersama walaupun komnas HAM buatan indonesia telah di bentuk beberapa tahun lalu namun sampai saat ini satupun pelanggaran HAM di papua belum juga ada terungkap pelaku dan penyelesaian.
"Mati banyak" ini pun masih terjadi, Ini supaya tidak berkelanjutan indonesia segera memberikan kemerdekaan dan hak menentukan nasib sendiri solusi demokratis bagi rakyat papua. (p.y)
Posted in:
ARTIKEL/OPINI
| Senin, 06 Januari 2014
Yogyakarta, suara dari hati -(AMP) aksi serentak pada Senin 21 Oktober 2013 yang dilakukan dibeberapa kota diantaranya Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Jakarta, dan kota-kota studi lainnya,Menuntut kepada Negara Republik Indonesia untuk segera mengusut
tuntas kasus penembakan yang menimpa
salah seorang Pelajar di kabupaten Deiyai Papua pada tanggal 23 September 2013 maupun kasus serupa lainnya di Papua.
Dalam pers
release dan pantauwan Suara dari hati dilapangan Puluhan mahasiswa dan
mahaswi papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua depan asrama papua jalan kusuma-negara yogyakarta no 119 dalam aksi non longmars yang berlanjut dengan lagu-lagu politik dan orasi-orasi politik disebutkan bahwa kami lagi berduka atas kasus, kejahatan kemanusiaan yang terus menerus terjadi di Papua,
sejak Papua dianeksasi Indonesia 1 Mei 1963. Melalui berbagai operasi militer,
pembersihan wilayah, penangkapan, pemenjaraan bahkan pembunuhan dilakukan
militer (TNI/Polri) demi mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
lanjutan oransi-orasi politik , sebelumnya di kabupaten
Deiyai terjadi kejahatan kemanusiaan yang dilakukan militer (TNI/Polri) pada
1 Juni 2013 terhadap Yemi Pakage (16 tahun) oleh oknum Brimob. Kemudian pada 26 Juni 2013 terjadi penganiayaan,
penyiksaan terhadap Pontianus Madai (31 tahun) oleh 3 anggota Brimob berseragam lengkap serta 2 lainnya berpakaian
preman.
"Kejadian kekerasan yang berujung
penembakan terhadap salah satu pelajar SMA oleh Brimob yang terjadi tanggal 23
September di Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai. Kejadian itu, bermula ketika seorang pengojek yang membawa penumpang seorang nenek dihadang
seorang oknum Brimob dan motor didorong, sehingga terjatuh. Masyarakat yang
melihatnya tidak menerima perlakuan itu, sehingga melakukan aksi protes dalam
bentuk tarian adat atau waita
di sekitar pasar Waghete," dalam pers release itu.
"Melihat aksi
masyarakat tersebut, aparat kepolisian dan brimob menilai masyarakat akan
melakukan perlawanan, sehingga polisi dan brimob dikerahkan menuju pasar dengan
posisi senjata menghadap masyarakat. Setelah tiba di depan kerumunan massa,
polisi langsung mengeluarkan tembakan secara membabi buta".
Alpius
Mote
(18 tahun) seorang pelajar yang terkena timah panas di bawah tulang
rusuk kanan yang berujung meninggal dunia. Ia ketika itu sedang pulang
ke rumah. Korban
lainnya adalah Fransiskus Dogopia (27 tahun) anggota Satpol PP,
mengalami luka
tembak di punggung belakang, Aleks Mote (29 tahun) petani mengalami luka
tembak
di kaki.
Selain itu, Aprida Dogopia (27 tahun),
Alex Pekei (23 tahun), Frans Mote (28 tahun) dan Yan Pekei (39 tahun) mengalami luka ringan pada saat kejadian.
Melihat rentetan peristiwa yang terjadi di
kabupaten Deiyai maupun di Papua pada umumnya, maka dengan tegas AMP menuntut
dan mendesak rezim SBY-Boediono untuk segera:
1.Tarik Militer (TNI/Polri) Organik dan Non-Organik dari
Seluruh Tanah Papua!,
2. Mencopot Kapolda Papua dan Kapolres Paniai,
2. Mencopot Kapolda Papua dan Kapolres Paniai,
3.Menarik Brimob dari Kabupaten Deiyai, Paniai dan seluruh Kabupaten
di Papua,
4.Pecat dan hukum pelaku penembakan Pelajar di Distrik Tigi, Waghete, Kabupaten Deiyai,
Papua
kalau sampai pemerintah indonesia tidak menanggapi semua tuntutan kami maka Amp akan mobolisasi besar-besaran dan turun jalan dalam aksi-aksi serentak, lanjutan yang lebih keras hingga ada ada tanggapan dari negara indonesia sepenuhnya dan "hak menentukan nasib sendiri solusi bagi rakyat papua. (my)
Posted in:
Kebenaran sejarah sang bintang kejora
| Senin, 21 Oktober 2013
Salam Pemberontakan!!!
“pengurasan ini sedang terjadi, penindasan ini sedang terjadi diatas Tanah Papua Yang penuh dengan susu dan madu, tidak ada kata Diam,kalo diam ko mati,ko sadar Ko lawan, Kita harus mengakhiri”
“Ko jangan Bilang Ko orang papua klo ko tidak rapatkan barisan”
Berbagai kejahatan terhadap kemanusiaan terus terjadi di Papua. Sejak Papua dianeksasi oleh Indonesia Mei 1963, berbagai operasi militer, pembersihan wilayah, penangkapan, pemenjaraan bahkan pembunuhan dilakukan militer (TNI/Polri) demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam tahun 2013 ini, sudah terjadi beberapa kasus kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan militer (TNI/Polri) terhadap rakyat Papua. Dikabupaten Deiyai pada 1 Juni 2013 terjadi pembunuhan terhadap Yemi Pakage (16 tahun) oleh oknum Brimob, kemudian penganiayaan, penyiksaan terhadap Pontianus Madai (31 tahun) oleh Brimob pada 26 Juli 2013 yang dilakukan oleh 3 Oknum berpakaian Brimob dan 2 orang yang berpakaian preman. Lagi pada 23 September 2013 penembakan oleh aparat polisi dan brimob terhadap kerumunan warga dipasar wagete yang mengakibatkan siswa SMA atas nama Alpius Mote (18 tahun) tertembak dan meninggal dunia, dan Fransiscus Dogopia (27 tahun) anggota Satpol PP, mengalami luka tembak di punggung belakang, Aleks Mote (29 tahun) petani, mengalami luka tembak di kaki.
Atas situasi kejahatan terhadap kemanusiaan yang terus terjadi di Tanah Papua, maka kami mengajak Kawan-kawan Mahasiswa Papua untuk terut serta dalam aksi kemanusiaan yang akan dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Senin, 21 Oktober 2013
Waktu : 10.00-selesai
Titik Kumpul : As,Kamasan Jln, Kusumanegara No.119
Titik Star : Asrama papua - Titik (0) nol kantor Pos
Tema : “Negara Bertanggungjawab atas Kejahatan terhadap Kemanusiaan di Papua”
Demikian seruan aksi ini kami buat, atas partisipasi Kawan-kawan Mahasiswa Papua sebagai tanggungjawab moral kita kepada Rakyat dan Tanah air, kami ucapkan jabat erat!
Yogyakarta 17,/Oktober/2013
Humas Aksi
Wado
“pengurasan ini sedang terjadi, penindasan ini sedang terjadi diatas Tanah Papua Yang penuh dengan susu dan madu, tidak ada kata Diam,kalo diam ko mati,ko sadar Ko lawan, Kita harus mengakhiri”
“Ko jangan Bilang Ko orang papua klo ko tidak rapatkan barisan”
Berbagai kejahatan terhadap kemanusiaan terus terjadi di Papua. Sejak Papua dianeksasi oleh Indonesia Mei 1963, berbagai operasi militer, pembersihan wilayah, penangkapan, pemenjaraan bahkan pembunuhan dilakukan militer (TNI/Polri) demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam tahun 2013 ini, sudah terjadi beberapa kasus kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan militer (TNI/Polri) terhadap rakyat Papua. Dikabupaten Deiyai pada 1 Juni 2013 terjadi pembunuhan terhadap Yemi Pakage (16 tahun) oleh oknum Brimob, kemudian penganiayaan, penyiksaan terhadap Pontianus Madai (31 tahun) oleh Brimob pada 26 Juli 2013 yang dilakukan oleh 3 Oknum berpakaian Brimob dan 2 orang yang berpakaian preman. Lagi pada 23 September 2013 penembakan oleh aparat polisi dan brimob terhadap kerumunan warga dipasar wagete yang mengakibatkan siswa SMA atas nama Alpius Mote (18 tahun) tertembak dan meninggal dunia, dan Fransiscus Dogopia (27 tahun) anggota Satpol PP, mengalami luka tembak di punggung belakang, Aleks Mote (29 tahun) petani, mengalami luka tembak di kaki.
Atas situasi kejahatan terhadap kemanusiaan yang terus terjadi di Tanah Papua, maka kami mengajak Kawan-kawan Mahasiswa Papua untuk terut serta dalam aksi kemanusiaan yang akan dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Senin, 21 Oktober 2013
Waktu : 10.00-selesai
Titik Kumpul : As,Kamasan Jln, Kusumanegara No.119
Titik Star : Asrama papua - Titik (0) nol kantor Pos
Tema : “Negara Bertanggungjawab atas Kejahatan terhadap Kemanusiaan di Papua”
Demikian seruan aksi ini kami buat, atas partisipasi Kawan-kawan Mahasiswa Papua sebagai tanggungjawab moral kita kepada Rakyat dan Tanah air, kami ucapkan jabat erat!
Yogyakarta 17,/Oktober/2013
Humas Aksi
Wado
Posted in:
Kebenaran sejarah sang bintang kejora
|
masa aksi AMP |
Setelah wilayah Papua dimasukan secara paksa lewat
manipulasi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) oleh Indonesia tahun 1969,
wilayah Papua dijadikan wilayah jajahan. Indonesia mulai memperketat wilayah
Papua dengan berbagai operasi sapu bersih terhadap gerakan perlawanan rakyat
Papua yang tidak menghendaki kehadiran Indonesia di Papua.
Pada 1 Juli 1971 bertempat di Desa Waris, Numbay - Papua, dekat perbatasan PNG dikumandangkan
“Proklamasi Kemerdekaan Papua Barat” oleh Brigjend Zeth Jafet Rumkorem selaku
Presiden Papua Barat. Namun demikian, proklamasi tidak dapat melepaskan Papua
dari cengkraman kekejaman dan kebrutalan kekuatan militer Indonesia yang sudah
menguasai seluruh wilayah Papua.
Berbagai operasi militer dilancarkan oleh Indonesia untuk
menumpas gerakan pro kemerdekaan rakyat Papua.
Hari ini 1 Juli 2013, tepat 42 Tahun peringatan
Proklamasi Kemerdekaan Papua Barat, Indonesia semakin menunjukan watak
kolonialisnya terhadap rakyat Papua. Berbagai peristiwa kejahatan terhadap
kemanusiaan terus terjadi di Papua, hutan dan tanah-tanah adat dijadikan lahan
jarahan bagi investasi perusahaan-perusahaan Multy National Coorporation (MNC) milik
negara-negara Imperialis.
Pembungkaman terhadap ruang demokrasi semakin nyata
dilakukan oleh aparat negara (TNI-Polri) dengan melarang adanya kebebasan
berekspresi bagi rakyat Papua didepan umum serta penangkapan disertai
penganiayaan terhadap aktivis-aktivis pro kemerdekaan Papua.
Maka, bertepatan dengan 42 Tahun Proklamasi Kemerdekaan
Bangsa Papua Barat, Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), menuntut dan mendesak Rezim Penguasa
Republik Indonesia, SBY-Boediono dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk
segera :
1. Berikan
Kebebasan dan Hak Menentukan Nasib Sendiri Sebagai Solusi Demokratis Bagi
Rakyat Papua.
2. Menuntup
dan menghentikan aktifitas eksploitasi semua perusahaan MNC milik negara-negara
Imperialis ; Freeport, BP, LNG Tangguh, Medco, Corindo dan lain-lain dari
seluruh Tanah Papua.
3. Menarik
Militer Indonesia (TNI-Polri) Organik dan Non Organik dari seluruh Tanah Papua
untuk menghentikan segala bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan oleh negara Indonesia
terhadap rakyat Papua.
Posted in:
Kebenaran sejarah sang bintang kejora
|